Jumat, 03 Mei 2013

8.Cara membaca kode transistor & cara menetukan kaki transistor


  • Cara Membaca Kode

  • SA: PNP HF transistor
    SB: PNP AF transistor
    SC: NPN HF transistor
    SD: NPN AF transistor
    SE: Diodes
    SF: Thyristors
    SG: Gunn devices
    SH: UJT
    SJ: P-channel FET/MOSFET
    SK: N-channel FET/MOSFET
    SM: Triac
    SQ: LED
    SR: Rectifier
    SS: Signal diodes
    ST: Avalanche diodes
    SV: Varicaps
    SZ: Zener diodes
    A = low gain
    B = medium gain
    C = high gain
    No suffix = ungrouped (any gain)
    • Cara Menentukan Kaki
    Transistor memiliki 3 kaki yaitu :

    • EMITOR (E)
    • BASIS (B)
    • COLECTOR (C)

    Jenis transistor ada 2 yaitu :

    1. Transistor PNP (anoda katoda anoda / kaki katoda yang disatukan)
    2. Transistor NPN (katoda anoda katoda / kaki anoda yang disatukan)

    Contoh transistor : C 828, FCS 9014, FCS 9013, TIP 32, TIP 31, C5149, C5129, C5804, BU2520DF, BU2507DX, dll




    Simbol di rangkaian : "Q", simbol gambarnya dibawah ini :

    Menentukan Kaki Transistor

    Menentukan Kaki Basis

    Putar batas ukur pada Ohmmeter X10 atau X100.
    Misalkan kaki transistor kita namakan A, B, dan C.
    Bila probe merah / hitam => kaki A dan probe lainnya => 2 kaki lainnya secara bergantian jarum bergerak semua dan jika dibalik posisi hubungnya tidak bergerak semua maka itulah kaki BASIS.

    Menentukan Kaki Colector NPN

    Putar batas ukur pada Ohmmeter X1K atau X10K.
    Bila probe merah => kaki B dan probe hitam => kaki C. Kemudian kaki A (basis) dan kaki B dipegang dengan tangan tapi antar kaki jangan sampai terhubung. Bila jarum bergerak sedikit berarti kaki B itulah kaki COLECTOR.
    Jika kaki basis dan colector sudah diketahui berarti kaki satunya adalah emitor.

7.Cara membaca kode dioda dan cara menentukan kaki dioda


  • Cara menentuka kakinya
Dalam pemasangannya pengertian dioda harus terpasang dengan benar, tidak boleh terbalik. Secara fisik kaki katoda ( K ) adalah kaki yang dekat dengan tanda gelang yang terdapat pada body-nya. Untuk mengetahui sebuah pengertian dioda masih bagus atau sudah rusak adalah dengan menggunakan AVO Meter.


  • Cara membaca kodenya 
Untuk diode biasa dengan kode D, tapi kadang2 pabrik menandai zener diode dengan kode D juga.
untuk mempermudah membedakan antara diode zener dengan diode biasa kita bisa langsung membaca nomer pada badan diode.
di bawah ini ada beberapa macam kode zener diode :
2v4=2.4 volt
12=12 volt
BZX85c22=22 volt 1 watt
BZY85c22=22 volt 1/2 watt IN4746=18 volt 1 watt
HZ 6c2= 6c2 =6.2 volt
untuk tegangan diode zener paling rendah 2.4v dan paling tinggi 200v 5 watt.

6.Fungsi komponen elektronika


Fungsi Komponen Elektronika. Tentunya kita semua sudah paham bahwa dalam menganalisa rangkaian elektronika atau dalam membuat skema rangkaian elektronika, kita sendiri harus tahu komponen yang digunakan dalam rangkaian kita. Komponen-komponen ini dalam skema rangkaian elektronika diigambar berdasarkan simbol-simbol yang sudah ditentukan, tentu saja symbol symbol tersebut sudah mengikuti aturan internasional atau dengan bahasa lain semua pabrik yang membuat komponen elektronika tentunya sudah mengantongi simbol simbol  yang berlaku di dunia elektronika.
Untuk mempermudah dan mengetahui karakteristik komponen dalam sebuah rangkaian elektronika tentunya kita mebutuhkan simbol-simbol dari fungsi komponen elektronika yang kita pakai.
Sebelum kita merangkai maka pastilah kita butuh untuk belajar elektronika terlebih dahulu.
Nah tentunya dalam belajar elektronika haruslah memahami dan mengetahui, simbol-simbol fungsi komponen elektronika yang digunakan dalam sebuah rangkaian elektronika, right? Seperti halnya jika kita ingin memperbaiki peralatan elektronika, perusahaan pembuat peralatan akan menggambar rangkaian yang di produksinya pada skema rangkaian sehingga para pengguna/ teknisi akan mudah melacak kerusakan pada peralatan tersebut.
Pada gambar berikut adalah beberapa koleksi simbol-simbol komponen elektronika yang banyak digunakan dalam rangkaian elektronika :
fungsi komponen elektronika fungsi komponen elektronika
penjelasan dari simbol diatas tentang adalah sebagai berikut :
Resistor : berfungsi sebagai penghambat arus yang mengalir dalam rangkaian listrik
Potensio Meter :  berfungsi sebagai penghambat arus dalam rangkaian listrik, nilai resistansi dapat diatur
Variable Resistor : berfungsi sebagai penghambat arus dalam rangkaian listrik, nilai resistansi dapat diatur
Condensator Bipolar : Berfungsi untuk menyimpan arus listrik sementara waktu
Kapasitor Variable : Condensator yang nilai kapasitansinya dapat diatur
Dioda : Berfungsi sebagai penyearah yang dapat mengalirkan arus listrik satu arah (forward bias)
Dioda Zener : Regulator atau pembatas tegangan
Dioda Schottky : Dioda dengan drop tegangan rendah, biasanya terdapat dalam IC logika
Dioda Varactor : Gabungan Dioda dan Kapasitor
LED (Light Emitting Diode) : Akan menghasilkan cahaya ketika dialiri arus listrik DC satu arah
Photo Dioda : Menghasilkan arus listrik ketika mendapat cahaya
Transistor NPN : Arus listrik akan mengalir (EC) ketika basis (B) diberi positif
Transistor PNP : Arus listrik akan mengalir (CE) ketika basis (B) diberi negatif
Transistor Darlington : Gabungan dari dua transistor Bipolar untuk meningkatkan penguatan
Transistor JFET-N : Field Effect Transistor kanal N
Transistor JFET-P : Field Effect Transistor kanal P
Transistor NMOS : Transistor MOSFET kanal N
Transistor PMOS : Transistor MOSFET kanal P

5.Cara menghitung nilai induktor


  • Rangkaian Seri

Rumus untuk menghitung induktor seri adalah sebagai berikut :
LTotal = L1 + L2 + L3
  • Rangkaian Paralel

Rumus untuk menghitung induktor paralel adalah sebagai berikut :
1/LTotal = 1/L1 + 1/L2 + 1/L3
LTotal = 1/(1/L1 + 1/L2 + 1/L3
  • Rangkaian Seri Paralel

Rumus Seri(L1 + L2 + L3)+ Rumus Paralel(1/L1 + 1/L2 + 1/L3)
Ø  Contoh :
  • Rangkaian Seri

 RTotal = L1 + L2 + L3
Rtotal=2ohm + 3ohm + 6ohm = 11ohm
  • Rangkaian Paralel

1/LTotal = 1/L1 + 1/L2 + 1/L3
              = 1/3 + 1/2 + 1/6
              = 2/6 + 3/6 + 1/6
              = 6/6
LTotal    = 1/(6/6)
              = 1/1
              = 1 Ohm
  • Rangkaian Seri Paralel



Lt = 1/L1 + 1/L2 + L3
1/Lt1 = 1/56 + 1/33
1/Lt1 = 89/1848
89Lt1 = 1848
Lt1 = 1848/89
Lt1 = 20,8 ohm

  • Gambar Rangkaian Seri

  • Gambar Rangkaian Paralel 
  • Gambar Rangkaian Seri Paralel : TIDAK ADA GAMBARNYA

4.Cara menghitung nilai kapasitor

Untuk mengetahui besarnya kapasitansi sebuah Condensator(Kapasitor) digunakan alat ukurCapacitance Meter.


Pada beberapa multimeter digital yang bagus biasanya sudah ada Capacitance Meter di dalamnya sehingga selain dapat digunakan untuk mengukur resistansi, arus, dan tegangan, juga dapat mengukur kapasitansi.

Berbeda dengan multimeter analog yang relatif lebih murah, selain masih menggunakan jarum sebagai indikator pengukuran, Capacitance Meter juga tidak tersedia. Meskipun demikian, alat ukur ini masih dapat dipakai untuk melakukan pengujian sederhana untuk mengecek bagus tidaknya sebuah kapasitor.

Capacitance Meter 
Pengukuran kapasitansi dengan alat ukur Capacitance Meter sangat mudah, sambungkan kedua kaki kapasitor pada kedua probe positif dan negatif alat ukur, atur selector pada skala yang tepat, kemudian lihat hasilnya pada display 7 segment. Apabila hasil yang tampil tidak sesuai dengan nilai yang tertulis pada fisik kapasitor, kemungkinan komponen tersebut rusak.
Adapun cara menghitung kapasitansi dari beberapa kapasitor sebagai komponen pasifelektronikayang telah dihubungkan seri, paralel, atau seri-paralel mau tidak mau harus menggunakan rumus dasar. Rumus untuk menghitung kapasitor yang dirangkai seri, terbalik dengan rumus resistor yang dirangkai seri, demikian juga dengan kapasitor yang dirangkai paralel.

Satuan kapasitansi adalah Farad (F), Mili Farad (mF), Micro Farad (uF), Nano Farad (nF), dan Piko Farad (pF).

1 F = 1.000 mF
1 mF = 1.000 uF
1 uF = 1.000 pFMenguji Kapasitor dengan multimeter analog.
Pengujian ini sebenarnya tidak begitu akurat karena untuk keperluan pengujian sebuah Kapasitor yang lebih tepat adalah dengan Capasitance Meter. Dengan alat ukur tersebut akan diketahui bagus tidaknya kapasitor sekaligus nilai kapasitansinya.

Meskipun tidak seakurat Capasitance Meter, multimeter analog dapat digunakan untuk menguji bagus tidaknya sebuah Kapasitor. Berikut adalah langkah-langkah untuk menguji Kapasitor menggunakan multimeter analog:

  • Siapkan multimeter analog
  • Atur selector pada bagian Ohm Meter dengan skala yang disesuaikan besar kecilnya kapasitansi yang tertulis pada fisik Kapasitor (X1, X10 untuk Kapasitor kecil sedangkan untuk Kapasitor yng besar gunakan skala X100 atau X1K)
  • Hubungkan probe (jarum positif dan negatif multimeter) ke masing-masing kaki Kapasitor. Pemasangan probe dapat bolak-balik.
  • Perhatikan pergerakan jarum indikator pada multimeter
  • Jika jarum diam (tidak bergerak), kemungkinan Kapasitor putus,
  • Jika jarum menunjuk angka 0 (Nol), kemungkinan Kapasitor terhubung singkat (short)
  • Jika jarum bergerak dan menunjuk nilai tertentu tetapi tidak kembali ke semula, kemungkinan Kapasitor bocor.
  • Jika jarum bergerak dan menunjuk nilai tertentu kemudian jarum tersebut kembali ke semula, Kapasitor tersebut masih bagus.

Rangkaian Kapasitor Seri
1/C Total = 1/C1 + 1/C2 + ... 1/Cn

Rangkaian Kapasitor Paralel
C Total = C1 + C2 + ... Cn

Contoh Perhitungan Kapasitansi
1. Rangkaian Kapasitor Seri

Pemecahan
Gunakan rumus kapasitor seri
1/C Total = 1/C1 + 1/C2 + 1/C3
1/C Total = 1/22 + 1/22 + 1/22
1/C Total = 1/22
C Total = 22/2
C Total = 7,33 uF (Micro Farad)


2. Rangkaian Kapasitor Paralel
Pemecahan
Gunakan rumus kapasitor paralel
C Total = C1 + C2 + C3
C Total = 22 + 22 + 22
C Total = 66 uF (Micro Farad)


3. Rangkaian Kapasitor Seri Paralel
Pemecahan
Gunakan rumus kapasitor seri dan paralel
C Total = (C1 + C2) // C3
1/CA = 1/C1 + 1/C2 (seri)
1/CA = 1/10 + 1/10
1/CA = 2/10
CA = 10/2
CA = 5 uF (Micro Farad) 
C Total = CA // C3 (paralel)
C Total = 5 + 10
C Total = 15 uF (Micro Farad)

Keterangan:

// = Paralel
+ = Seri
1/CA = 1/C1 + 1/C2 (seri)
4. Rangkaian Kapasitor Seri Paralel
Pemecahan
Gunakan rumus kapasitor seri dan paralel
C Total = C1 + (C2 // C3)
CA = C2 // C3 (paralel)
CA = 100 + 100 
CA = 200 uF (Micro Farad) 

1/C Total = 1/C1 + 1/CA (paralel)
1/C Total = 1/47 + 1/200

1/C Total = 200/9400 + 47/9400 (disamakan penyebutnya)
1/C Total = 247/9400
C Total = 9400/247
C Total = 38 uF (Micro Farad) 

Keterangan:

// = Paralel
+ = Seri
CA = C2 // C3 (paralel)Sumber foto Capacitance Meter :


3.cara membaca nilai kapasitor(kode angka)

Cara membaca nilai kondensator atau kapasitor yang tertulis pada badan isolatornya ada metode atau rumus tersendiri. 
Namun hal ini tidak berlaku untuk kondensator elektrolit atau elco, tetapi untuk kondensator-kondensator yang lain, kondensator keramik, kertas, mika, milar dan polyester. Jika hanya terdiri dari dua angka misalnya 10, 22, 47 maka itulah nilai kapasitasnya dalam satuan piko farad (pF), sedangkan kalau terdiri dari 3 angka maka ada cara membaca khusus. angka yang ada. Angka pertama dan kedua kita baca apa adanya, sedangkan angka ke 3 adalah banyaknya angka nol. Penulis di blog lain mengistilahkan dengan bilangan pengali, tetapi saya lebih suka mengatakan banyaknya nol. Contoh 101 maka membacanya 10 dan 0 jadinya 100 pf. 222 maka 22 dan 00 jadinya 2200 pf, 473 maka 47 dan 000 jadinya 47000 pf. 
Perlu dipahami, meskipun dalam teori di atas ditemukan hasil dalam satuan piko farad (pf) namun dalam prakteknya apa bila nilainya diatas seribu pf maka dijadikan dalam satuan nano farad atau dibagi seribu atau tanda koma maju tiga digit. 
Misalkan ukuran 1000 pf maka sama dengan 1 nf atau 1 n saja, bila ukuran 3300 pf maka sama dengan 3,3 nf atau 3n3. 
Jika ukuran 47000 pf maka sama dengan 47 n. 
Jika kita sudah praktek merakit dan menghadapi daftar komponen bawaan PCB, 
untuk kondensator atau C yang nilainya ratusan pf ada dua kemungkinan dalam penulisannya, angka ketiga ada yang ditulis 
0 dan yang 1, namun nilainya sama. Contoh nyatanya sebagai berikut: 
100=101=100pf 
220=221=220pf 
470=471=470pf 
dst. 
Cara praktis untuk menentukan C yang yang bersatuan nano farad, yang biasa ditulis n saja adalah sebagai berikut. 
* Apabila huruf n diapit dua angka artinya C yang angka ketiganya 2. 
Contoh 
2n2=222 
3n3=332 
4n7=472 
6n8=682 

* Apabila huruf n di belakang dua angka berarti C yang angka ketiganya adalah 3. 
Contoh: 
10n=103 
22n=223 
47n=473 
68n=683 
* Apabila huruf n ada di belakang tiga angka maka itu C yang angka ketiganya 4, 
Contoh: 
220n=224 
330n=334 
470n=474 
Itulah tadi mengenai cara membaca kapasitansi kondensator yang menggunakan kode angka. Sebenarnya pada kondensator tertentu dituliskan juga tegangan kerja, suhu kerja dan toleransi, namun untuk sekedar hobby hal tersebut bisa diabaikan 
kecuali untuk elco harus diperhatikan tegangan kerjanya. Sedangkan untuk kondensator yang menggunakan kode warna, cara membacanya sama dengan membaca resistor, dalam satuan piko farad. 

2.cara menghitung nilai pada rangkaian resistor


Cara menghitung resistor paralel dan seri
 Resistor adalah salah satu komponen elektronika yang berfungsi sebagai penghambat arus listrik. Dalam sebuah rangkaian elektronik, biasanya resistor dirangkai dalam dua cara, yaitu paralel dan seri. Pada postingan kali ini, saya akan berbagi pengetahuan tentang cara menghitung resistor paralel dan seri. Untuk lebih jelasnya akan saya berikan sebuah contoh kasus seperti berikut ini :

1. Menghitung Resistor Paralel
Rumus untuk menghitung resistor paralel adalah sebagai berikut :
1/RTotal = 1/R1 + 1/R2 + 1/R3 ......
RTotal = 1/(1/R1 + 1/R2 + 1/R3 ...... ) 

Contoh soal :
Terdapat tiga buah resistor yang dirangkai secara paralel dengan nilai R1 = 3 Ohm, R2 = 2 Ohm, R3 = 6 Ohm. Yang ditanyakan berapa nilai RTotal dari resistor tersebut ?

Jawab : 
1/RTotal = 1/R1 + 1/R2 + 1/R3
              = 1/3 + 1/2 + 1/6
              = 2/6 + 3/6 + 1/6
              = 6/6
RTotal    = 1/(6/6)
              = 1/1
              = 1 Ohm

2. Menghitung Resistor Seri
Rumus untuk menghitung resistor seri adalah sebagai berikut :
RTotal = R1 + R2 + R3 .......

Contoh soal :
Terdapat tiga buah resistor yang dirangkai secara seri dengan nilai R1 = 3 Ohm, R2 = 2 Ohm, R3 = 6 Ohm. Yang ditanyakan berapa nilai RTotal dari resistor tersebut ?

Jawab :
RTotal = R1 + R2 + R3
           = 2 + 3 + 6
           = 11 Ohm

Nah, demikianlah beberapa contoh cara menghitung resistor paralel dan seri, untuk segala kekurangan dan kekeliruannya mohon dikoreksi, semoga bermanfaat dan jangan lupa tetap semangan untuk terus belajar dan berkarya.

Read more at http://blog-smkmadu.blogspot.com/2012/11/cara-menghitung-resistor-paralel-dan.html#Jrm3PlbImUyCbBOo.99